Kebodohan mengikis kebenaran yang hakiki

Kebodohan mengikis kebenaran yang hakiki

Minggu, 30 Januari 2011

Ibu, Sang Arsitek Peradaban

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ibu, Sang Arsitek Peradaban

dakwatuna.com – Suatu malam yang tenang dan hening. Semua orang telah beranjak ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Menarik selimut hingga terlindungi dari hawa dingin yang melingkupi cakrawala Madinah. Namun, seorang laki-laki yang disadarkan oleh rasa tanggung jawab sebagai pemimpin menyingkap selimutnya. Dia keluar menyusuri lorong-lorong Madinah yang mencekam. Merayapi jalan-jalan yang sepi dari tapak kaki manusia.

Dia keluar seorang diri menembus kegelapan malam. Barangkali ia menjumpai musafir yang tidak menemukan tempat bermalam. Atau orang yang merintih kesakitan. Atau orang lapar yang belum menemukan sesuap makanan untuk mengganjal perutnya. Barangkali ada urusan rakyatnya yang luput dari pengawasannya. Atau mungkin ada domba yang tersesat jauh di pinggir sungai Eufrat. Allah akan menanyakannya dan menghisabnya kelak.

Jangan heran! Lelaki tersebut adalah Amirul Mukminin, Umar bin Khatthab RA.

Setelah sekian lama mengitari Madinah dan mulai merasakan lelah pada sendi-sendinya, Umar bersandar pada salah satu dinding rumah kecil di pinggiran kota Madinah. Dia beristirahat sejenak sebelum melanjutkan langkahnya menuju masjid.Kala itu, sayup-sayup terdengar olehnya suara dua orang wanita dari dalam rumah kecil tempat ia bersandar. Percakapan seorang ibu dengan putrinya. Percakapan dimana sang putri menolak untuk mencampur susu perah dengan air putih.Sang ibu berkata, “Campurlah susu itu dengan air!”

Sang putri menjawab, “Sesungguhnya, Amirul Mukminin telah melarang kita untuk mencampur susu dengan air. Tidakkah Ibu mendengar juru bicaranya menyampaikan larangan tersebut?”

“Umar tidak melihat kita. Dia tidak akan tahu apa yang kita lakukan di saat-saat terakhir malam ini.” Jawab ibunya.
Putrinya pun menjawab seketika, “Wahai Ibuku, walaupun Umar tidak melihat namun Tuhan Umar melihat kita. Demi Allah, saya tidak akan melakukan apa yang dilarang-Nya.”

Ucapan putri tadi menyejukkan hati Umar. Jawaban yang menggambarkan kejujuran dan keimanan.Akhirnya Umar menikahkan putranya, Ashim, dengan gadis yang baik itu. Gadis itu bernama Ummu Ammarah binti Sufyan bin Abdullah bin Rabi’ah Ats-Tsaqafi. Kelak ia akan melahirkan dua anak gadis yang diberi nama Laila dan Hafshah. Laila kemudian dikenal dengan panggilan Ummu Ashim.

Ummu Ashim kemudian menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan, seorang gubernur Bani Marwan. Dari pernikahan yang suci ini lahirnya seorang khalifah yang mulia, Umar bin Abdul Aziz.

Umar bin Abdul Aziz yang berjuluk Khalifah Kelima adalah pemimpin yang sang bersahaja. Tingkat keimanannya tidak perlu diragukan lagi. Umar hafal Quran sejak kecil. Matanya selalu banjir air mata karena rasa takutnya pada Allah.

Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, tidak ada yang menjadi mustahik. Tidak ada orang yang berhak menerima zakat. Rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Sementara Umar hidup sangat sederhana.

Apa yang menjadikan Umar memiliki pribadi yang begitu luar biasa? Ummu Ashim, ibunda Umar, mendidiknya sejak kecil dengan penuh kasih sayang. Mengajarkan Umar Quran dan cinta pada Allah. Ia selalu menjaga dan mengawasi putranya.Ummu Ashim juga dikenal sebagai wanita yang sangat dermawan dan menyayangi orang-orang yang lemah. Ummu Ashim mewakili gambaran ideal tentang sosok seorang ibu. Demikian juga ibunda dari Ummu Ashim. Rasa takutnya pada Allah menjadikannya pribadi yang unggul.

Keteladanan wanita-wanita tersebut menjadi bukti vitalnya seorang ibu dalam membentuk sebuah generasi. Seorang penyair mengungkapkan bahwa ibu adalah sebuah sekolah. Apabila dipersiapkan dengan baik, berarti telah mempersiapkan suatu bangsa dengan dasar yang baik.

Tidak berlebihan tentu saja. Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Ibu bagaikan wadah yang mengajarkan dan mendidik berbagai macam ilmu dalam kehidupan anak-anaknya dengan cinta dan kasih sayang. Sebagai pendidik awal, ibulah yang pertama kali meletakkan fondasi dasar –terutama dalam aspek keimanan- kepada anak dalam proses pendewasaan mental dan pematangan jiwa.

Gambaran pentingnya tugas seorang ibu tercakup dalam pernyataan yang diungkapkan oleh DR. A. Madjid Katme, Presiden Asosiasi Dokter Muslim di London dalam konferensi dunia tentang wanita di Beijing. Berikut tuturannya :

“Tugas keibuan adalah pekerjaan yang paling terhormat dan membutuhkan keterampilan di dunia ini. Dan terlaksananya tugas ini sangat penting bagi pemeliharaan dan perlindungan anak terutama di masa-masa awal pertumbuhannya. Tak ada satu jenis pekerjaan pun yang dapat merampas seorang ibu dari tugas keibuannya. Dan tak ada seorang pun yang dapat mengambil alih tugas keibuan tersebut.”

Namun, begitu banyak muslimah yang kurang bahkan tidak memahami pentingnya peran seorang ibu. Peran yang, menurut Katme, tidak bisa digantikan oleh siapapun. Menjadi ibu full time dianggap hanya ‘pekerjaan’ tidak penting. Tidak perlu sekolah yang tinggi, tidak perlu pintar untuk menjadi seorang ibu. Salah! Anda justru harus menjadi muslimah yang sangat cerdas untuk bisa memenuhi peran keibuan.

Kemuliaan peran keibuan dewasa ini pun semakin tergerus oleh serangan barat. Setelah Quran dan Sunnah Nabi, hal yang kerap kali diserang oleh para orientalis adalah wanita dan perannya dalam keluarga.

Ide-ide feminisme, kesetaraan gender, dan kebebasan wanita saat ini gencar disuarakan barat kepada umat Islam. Kita pun tahu, tidak sedikit yang terjebak untuk mencicipi racun atas nama kebebasan wanita tersebut. Akhirnya, hancurlah kemuliaan dan martabat wanita diikuti dengan runtuhnya pilar-pilar keluarga dan pendidikan anak.

Islam telah mengajarkan kemuliaan seorang ibu. Sejarah telah mencatat banyak orang hebat yang lahir dari seorang ibu yang juga hebat. Tak pernah ada cacat pada peran keibuan. Tak pernah ada cela pada predikat seorang ibu. Maka tak berlebihan bila ada ungkapan bahwa surga ada di telapak kaki ibu.

Muslimah perlu menyadari peran vitalnya sebagai seorang ibu. Ibu bukan hanya tiga huruf, I – B – U, yang begitu sederhana hingga mudah dilupakan. Ibu bukan hanya predikat sepele sehingga perannya tidak perlu dipenuhi.

Ibu adalah simpul penting sebuah sambungan peradaban. Dialah yang akan mencetak sebuah generasi. Ibu adalah tiang yang akan mengibarkan kembali bendera kejayaan Islam lewat pendidikannya terhadap keluarga. ibu, tak pernah bermakna kecil. Karena Allah lah yang menjadikannya begitu mulia. (hdn)

SMA tercinta - SMA terbenci (chexo on my mind)









Di dalam
#1 Semakin di ingat semakin ingin muntah,
Ketika mengingat hukuman, ketika mengingat tugas, ketika mengingat ujian, ketika mengingat nilai, ketika mengingat bla....bla...bla..

#2 Masuk pukul 07.00 WIB, membuat malas, terlalu pagi, terlalu cepat untuk meninggalkan rumah, hanya demi sebuah study di sekolah. Mending gurunya ada, kalo ga ada?? Nah loh.
Kalo siswa nya pada sakit, sekolah sepi
Kalo tugas ga di bawa, hati merasa risih..... kapan penderitaan berakhir???? Terasa lama siksaan ini.

#3 Lapang futsal, lapang basket, kantin, perpustakaan, lahan parkir, toilet, ruang guru, masjid, lab komputer, lab bahasa, dll. Jadi saksi bisu kekonyolan.

#4 Ulangan harian, Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Sekolah, Ujin Praktek, Ujian Nasional, tiga tahun lamanya di gojlok, agar dalam tiap ujian dapat nilai maksimal, ketika males menghapal, ya NYONTEK... masalah selesai!!!!
Akhirat ?? urusan nanti

#5 Tak  terasa, predikat alumni pun di dapat, setelah kata LULUS tertera dalam ijazah, lega. Namun kembali bingung, mau ke mana setelah ini.

#6 Universitas atau Kerja atau Menganggur, pilihan sulit, untung ada BK yang siap menanmpung segala keluh kesah, walau solusi jarang di dapat. Setidaknya beban merasa terkurangi.


Di luar
#1 Perasaan kangen melonjak-lonjak, pada guru, pada rekan, pada ibu kantin, pada penjaga sekolah, yang entah kenapa tak ada alumni yang rindu kepada Kepal Sekolah

#2 Menantikan saat reunian, padahal baru itungan panen jagung lulus. Konyol, tapi fakta

#3 Teringat di marahi karena belum tugas, teringat di marahi karena kesiangan, teringat di marahi karena rambut panjang, teringat di marahi karena bolos, teringat di marahi karena nilai buruk.... Atau lebih tepatnya di nasihati ya??? Ah masa bodo, yg jelas rindu saat-sat seperti itu, kenangan manis. Terlalu manis untuk di lupakan

#4 Kini hanya bisa berharap dan mengenang masa-masa itu, lewat foto-foto, rekaman video, cerita-cerita, dan album kenangan yg super ga keren.

Almamater ku


Jangan sia-sia kan, waktu mu takkan terulang.
Bukan berarti hanya belajar tanpa main, bukan berarti main tanpa belajar. Kalian pun pasti paham.

Jangan sia-sia kan, waktu mu takkan terulang
Ucapkan kata-kata yang baik pada guru mu, berterima kasihlah. Guru yang sudah berkenan membuat hidup makin berwarna, membuat jiwa terlukis sedikit gambaran masa depan.

Sabtu, 29 Januari 2011

Filosofi si Kabayan



Teu kudu ngarasula mun urang can diparengkeun pinanggih jeung kabagjaan. Naon sababna? Da hirup mah lain keur senang-senang, kitu saur pa Ustad oge. Ari geus keur naon atuh saestuna urang hirup teh?

Jawaban idealna, hirup teh lir ibarat sakola. Unggal poe urang kudu terus-terusan diajar. Kudu perih, teu kaci ogoan, teu kaci melencing, mumul, babarian jsb. Ku naon make kudu tipoporose diajar? Pan sangkan lulus ujian. Eta tujuan jangka pondokna. Cukup nepi ka dinya? Tangtu bae henteu ngan ukur tepi ka dinya, sabab tujuan jangka panjang sarta anu pangpentingna pisan mah bisa nyangking tur ngamalkeun naon-naon anu ku urang diundeuran di sakola. Ku naon pangna kudu lulus ujian? Pan nya di dinya pisan urang bisa ngukur kamampuh urang sangkan kanyahoan nepi kamana nyerepna elmu.

Sanajan hirup memang lain keur senang-senang, tapi lain hartina hirup teh bakal susah salilana. Cek si Kabayan, hirup mah heuheuy jeung deudeuh. Maksudna, tara senang salilana, oge sabalikna tara susah salilana. Aya waktuna urang seuri bungah, sanajan kadang-kadang urang kudu ngarandapan kasedih, katugenah jeung sajabana. Hanjakalna, kalolobaanana urang mah sok sarakah, hayang senang salilana, nepi ka lamun ngarandapan kasusah teh sok aral, malah sakapeung mah jiga nu mangloh ka Pangeran. "Duh Gusti, na hirup teh mani asa susah-susah teuing atuh?" Padahal mun keur senang mah boro-boro inget kana sukuran, nganuhunkeun ka nu Maha Masihan Kasenangan.

Mun urang daek diajar, sabenerna loba hal anu bia diconto tina carita-carita si Kabayan. Tokoh rekaan nu hirup dina budaya Sunda ieu teh, saestuna lain ngan saukur tokoh pangedulan nu kabisana ngan ukur nipu batur, calutak ka mitoha jsb. Si Kabayan mah ngan ukur wayang. Sikep, rengkak paripolah, katut pamikiranana ditangtukeun ku dalang nu ngigelkeunana. Ajip Rosidi dina salah sahiji essayna kungsi nyebutkeun:

"...pasipatan tokoh si Kabayan téh henteu salilana konsisten. Maksud téh dina saban carita sipat si Kabayan téh henteu salilana sarua. Sakapeung digambarkeun pangedulan, teu nyaho di cedo, wani kurang ajar ngaheureuykeun mitoha. Sakapeung digambarkeun jadi tukang tipu anu resep ngabobodo batur kaasup mitohana sorangan. Cindekna unggal pangarang anu nyiptakeun carita si Kabayan bisa ngagambarkeun pasipatan tokohna luyu jeung kahayangna."

Hanjakalna, cek pamanggih kuring, aya nu kaliwat dina statement Ajip. Si Kabayan teu salawasna digambarkeun ngabogaan sipat negatip. Lamun urang leukeun ngalenyepanana, saenyana dina dongeng si Kabayan loba siloka nu bisa dijadikeun luang. Upamana wae tina carita di handap ieu:

Hiji poe si Kabayan jeung si Lamsijan jalan-jalan ngajugjug ka hiji tempat. Sapanjang jalan si Lamsijan teu weleh gogodeg sabab teu ngarti ku lalampahan si Kabayan. Unggal manggih tanjakan si Kabayan ngagakgak seuseurian siga nu manggih kabungah rongkah. Sabalikna, unggal manggih pudunan manehna ceurik ngageunggeuik jiga nu kanyenyerian. Banget teu ngarti, tungtungna si Lamsijan nanya.

"Kabayan, kami mah teu ngarti, ku naon unggal manggih tanjakan silaing kalah seuseurian, padahal kami mah kacida susahna sabab nanjak teh cape? Ari manggih pudunan, hayoh kalah curik jiga nu susah, padahal kami mah bungah, sabab leumpang ge ngareunah teu matak cape. Henteu siwah mah silaing teh?"

"Ah, teu gelo teu sing. Silaing we nu bodo. Ieuh Lamsijan, pangna kami seuseurian mun manggih tanjakan teh, kami mah nyaho mun geus nanjak pasti manggih pudunan. Pan lain matak bungah eta teh? Nu matak kami kalahka seuseurian. Sabalikna mun keur leumpang dina pudunan, kami kacida sedihna, sabab yakin sanggeus beak pudunan, pasti bakal manggih tanjakan. Na dikira ngeunah kitu leumpang di nu nanjak teh? Nu matak tong heran mun kami ceurik sajeroning leumpang mapay pudunan."

Sabengbatan, carita di luhur siga carita lelewodeh ti jelema nu teu pati jejeg. Padahal saestuna ieu teh siloka nu kacida lantipna. Aya pesen moral yen urang salawasna kudu siap nyanghareupan kajadian naon bae nu bakal tumiba ka urang. Mun ayeuna kabeneran keur nanjung jadi pejabat, ulah nepi ka poho yen hiji mangsa mah urang bakal turun tina kalungguhan nu keur dicangking kiwari. Mun urang keur beunghar lubak libuk loba dunya, ulah poho yen eta teh ukur titipan, tur kudu rido mun sawaktu-waktu dipundut ku nu Kagungan. Sabalikna mun urang keur aya dina kasusahan, omat ulah putus pangharepan, sabab pasti dina hiji mangsa mah urang bakal kasinugrahaan ku kasenangan.

Pan cek tadi ge, hirup mah heuheuy jeung deudeuh.

sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=54825357422

Selasa, 25 Januari 2011

IWAN FALS- HIO






Aku tak mau terlibat segala macam tipu menipu
Aku tak mau terlibat segala macam omong kosong
Aku wajar wajar saja
Aku mau apa adanya
Aku tak mau mengingkari hati nurani

Aku tak mau terlibat persekutuan manipulasi
Aku tak mau terlibat pengingkaran keadilan
Aku mau jujur jujur saja
Bicara apa adanya
Aku tak mau mengingkari hati nurani

Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo

“Mulane dulur ayo dijogo
Omongane lan kelakuane”

Aku tak mau bicara yang tentang aku sendiri tidak tahu
Aku tak mau mengerti kenapa orang saling mencaci
Aku mau sederhana
Mau baik baik saja
Aku tak mau mengingkari hati nurani

Aku tak mau kehilangan akal sehat dipikiranku
Aku tak mau menyaksikan ada orang yang dihinakan
Aku hanya tahu
Bahwa orang hidup
Agar jangan mengingkari hati nurani

Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo

Aku mau wajar wajar saja
Aku mau apa adanya
Aku mau jujur jujur saja
Bicara apa adanya
Aku mau sederhana
Mau baik baik saja
Aku hanya tahu
Bahwa orang hidup
Agar jangan mengingkari hati nurani

Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio

Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau mengingkari hati nurani

Ketika Lelaki Menangis



Kata Siapa Lelaki tak pernah Menangis ?
bahkan kadang jiwa dan hatinya lebih halus dari wanita
tersembunyi di balik kegagahan wajahnya

Mungkin ia tak pernah menampakan air mata itu di depanmu..
tapi yakinlah di saat engkau tidak tahu
di jejak dia berangkat kerja
atau dalam duduk tafakur setelah sholatnya
kadang air mata itu tumpah

Karena akal mendominasi jiwanya
maka yang kau temukan hanya ketegaran

tapi coba kau tengok matanya
setelah ia mengimamkan sholat tahajud malam itu
ada kilatan cahaya embun yang menetes dalam ketegaran…
atau ketika dia tertunduk letih
setelah berjam-jam mencari nafkah…
lihat sejenak mata itu…
maka mata adalah cermin jiwa…

Maka menangislah Umar bin Khattab ketika mengetahui ada rakyatnya yang kelaparan
sementara kita tahu, bagaimana tegasnya sosok lelaki ini..
tapi air matanya pun tumpah…..

Inilah Sosok Lelaki
sosok suami yang Allah menatapnya dengan kerinduan..

Mereka menjemput pagi dengan harapan
dan membawa malam dengan asa…..

Lihat lah Lelaki yang saat ini menjadi suamimu..
sesungguhnya Surgamu
ada pada Keridhoan-Nya…..

Lihatlah Lelaki yang Allah Mengatakan lewat lisan Nabi SAW  kita..
“Barang siapa yang sore hari duduk kelelahan lantaran pekerjaan yang telah di lakukannya, maka dia dapatkan sore hari tersebut, dosa-dosanya di ampuni Allah SWT”
(HR.Thabrani)


Merekalah Lelaki Sholeh
yang menumpakan air matanya
seraya lisan dan hatinya berdoa…

“Ya Rabbana, berikanlah kebaikan untuk Istri dan anak-anakku kelak….. Jadikanlah Mereka semua Kesenanganku di Surga-Mu yang Maha Indah…..”

Inilah Lelaki dan Suami Sholeh
idaman bidadari tak hanya bidadari bumi
tapi juga Bidadari Surga, yang mengintip Menanti.

Amin Allahuma Amin…


Senin, 24 Januari 2011

NDC - NES 2011 National Debate Competition 2011








NDC - NES 2011

National Debate Competition 2011
A new solution to face the impact of climate and environmental change on Indonesian economy

National Economic Seminar 2011
Era Baru Perekonomian Indonesia : 
Green, Clean, and Profitable



on March 2011
at Universitas Padjadjaran
Dipati Ukur no. 35, Bandung, Jawa Barat - Indonesia




Contact Person :
Deasy : 085224463591
Kezia  : 08561339322

ATURAN PENDAFTARAN

PENDAFTARAN  KEIKUTSERTAAN NDC : 
24 JANUARI 2011 – 4 MARET 2011

CALLING FOR ESSAY :  
24 JANUARI 2011 – 12 MARET 2011
*Essai disertakan bersamaan dengan pengiriman formulir pendaftaran (ditunggu paling lambat seminggu setelah pengiriman formulir pendaftaran)

PERATURAN PENDAFTARAN NDC-NES 2011:

1)  Peserta dipersilahkan untuk mendownload Formulir Pendaftaran NDC pada:  
http://www.4shared.com/document/UkKU1ziw/REGISTRATION_FORM_NDC.html
Untuk mengetahui Rules Calling For Essay dapat mendownload pada: http://www.4shared.com/document/5s5YJzPr/CALL_FOR_ESSAY_NDC.html
2) Setelah mengisi formulir pendaftaran lalu kirimkan ke email NDC-NES 2011 ndcnes2011.unpad@yahoo.com
3) Biaya pendaftaran NDC-NES 2011 sebesar Rp 700.000,00 / tim. *(termasuk pendaftaran essai).
4)  Jika mengirim dua tim atau lebih biaya pendaftaran NDC-NES 2011 sebesar Rp 675.000,00 / tim *(termasuk pendaftaran essai).
5)  Peserta diwajibkan membayar uang muka untuk pendaftaran minimal sebesar Rp 200.000,00 (essai). Pengiriman biaya pendaftaran ditunggu paling lambat seminggu setelah mengirimkan formulir pendaftaran. Jika lebih dari seminggu maka pendaftaran di anggap gagal (kecuali ada konfirmasi).
6)  Pengiriman biaya pendaftaran dapat ditransfer ke rekening Bank BNI a.n Hafiza Fadila dengan nomor rekening 0183218532.
7)  Peserta diwajibkan mengirimkan scan bukti pembayaran biaya pendaftaran NDC-NES 2011 serta mengirimkan essai yang ingin diikutsertakan dalam lomba call for essay kepada panitia melalui email NDC-NES 2011 ndcnes2011.unpad@yahoo.com paling lambat seminggu setelah pengiriman formulir.
8) Peserta wajib mengkonfirmasi setiap pengiriman bukti pembayaran maupun formulir pendaftaran melalui sms atau telepon ke nomor  08561339322 (Kezia) atau 085717331788 (Meilani)
9)   Untuk setiap pen-transferan cicilan biaya pendaftaran tolong sms atau hubungi panitia.
10) Peserta diwajibkan melunaskan sisa dari biaya pendaftaran dan lodging paling lambat pada tanggal 18 Maret 2011 saat melakukan daftar ulang di Fakultas Ekonomi, Universitas Padjadjaran,  Jalan Dipati Ukur no. 35, Bandung.

*  Biaya pendaftaran belum termasuk lodging (penginapan) sebesar Rp 200.000,00/tim/hari.

Notes:
Peserta dihimbau untuk memakai satu email /universitas untuk melancarkan proses registrasi.

Ber-Chudilz, Ber-Kenangan



##1
Bergegaslah kawan......Sambut masa depan
Tetap berpegang tangan......Saling berpelukan
Berikan senyuman......Sebuah perpisahan
Genggamlah sahabat.......Kita untuk slamanya

Bercak-bercak penggalan kisah SMA masih terlihat jelas mewarnai hidup, suka, duka, dan cita-cita serasa menggumpal. Bahkan terkadang tetes air bening keluar dari sudut mata bila mengingatnya. Entah apa nama perasaan ini.
Cinta? Bukan
Sayang? Bukan
Rindu? Ya, mungkin...tapi sedikit
Perasaan yang aneh, Galau mungkin??
Akhhh... masa bodoh, yang jelas kenangan ini tak mau lepas.
Mungkin efek dari arti sebuah persahabatan. Perasaan menggumpal yang sulit dilupakan, gemuruh, ingin bertemu. Mengulang keceriaan tempo dulu. Saat boy-boyan bersama, bakti sosial bersama, jalan-jalan bersama. Di hukum guru bersama.

##2


2 Tahun tak terasa terus bersama, di satukan oleh panji Chudilz, oleh ideologi gila, oleh pemikiran ngaco, tapi apa peduli ku... yang jelas, suatu anugrah tersendiri berada didalamnya.

##3
Ingatkan ku semua, wahai sahabat                                 
Kita untuk slamanya, kita percaya                      
Kita terbangkan arah, dan tak pernah lelah        
Ingatkan ku semua, wahai sahabat
                    
Jangan pernah.... Kau menghilang                                                                       
Karna Kaulah.... Sahabatku                                                                       
Berjanjilah, kau tak meninggalkanku
Berjanjilah, kau tak melupakanku... Nanti
Dan kita, akan terus menjaga
Arti dari sebuah, persahabatan kita ini
##4
Tak terasa, kegilaan-kegilaan itu berlalu, kami pun terpisah-pisah.
Tenang saja kawan, yang memisahkan kita hanyalah ruang. Hanya jarak. Tidak lebih.
Karena saya yakin, hati kita masih saling merindu. Masih ingin saling mengenal lebih. Toh diwaktu-waktu tertentu, kita masih menyempatkan diri untuk bertemu.

##5
Terima kasih kepada Alloh SWT yang sudah membuat kami satu
Terima kasih pada SMA N 1 Cicalengka yang sudah mempertemukan kami
Terima kasih kepada XII IPA 2 dan XII IPA 2, yang sudah menjadi tempat berkumpul kami
Terima kasih kepada Bu Nur Amalia, wali kelas kami, yang tak henti-hentinya geleng-geleng kepala melihat tingkah kami, baik di luar maupun di dalam kelas
dan terima kasih yang sangat besar kepada warga Chudilz Community, sudah membuat hari-hari yang berharga di tengah waktu yang terbuang sia-sia.



Wikileaks : Blogger Indonesia menjadi proyek kaki tangan AS

Kabar baru WikiLeaks merilis dokumen dari Kedubes AS di Jakarta. Terungkap bahwa para blogger di Indonesia dimanfaatkan untuk kepentingan AS. Team voa-islam tidak begitu terkejut ketika Wikileaks merilis kabar tentang blogger Indonesia yang "digarap" untuk membela kepentingan AS & menutupi skandal di kalangan generasi muda, mengingat banyak ajang seperti yang dikunjungi para blogger, social media dan sejenisnya dari tahun ke tahun didukung penuh oleh Kedubes AS di Indonesia.


Banyak generasi muda dan blogger yang tidak sadar telah menjadi "corong" lipservice AS demi menutupi skandal dan kejahatan terhadap kemanusiaan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Misalnya saja Fanpage di Facebook Kedubes Amerika Serikat di Indonesia dengan fans sebanyak lebh dari 300.000 fans, 300 video channel di Youtube, dan 1000 follower di Twitter dan pesta blogger ini sudah dilibatkan dalam dua tahun terakhir dengan melibatkan ribuan blogger paling berpengaruh di Indonesia


di Indonesia sendiri Facebook memiliki pengunjung 25 juta orang/hari, sehingga dengan tingkat populasi yang besar dan juga merupakan pengguna internet yang sangat pesat pertumbuhannya dengan menempati peringkat 5 di Asia, bukannya tidak mungkin menjadi sasaran kampanye banyak kepentingan, termasuk AS. Berikut data yang kami peroleh dari :


Informasi yang kami terima, sebuah kawat berkode referensi "JAKARTA 0065" pada 12 Februari 2010 silam dari Kedubes AS Jakarta, kepada pejabat Kemlu AS bernama Jared Cohen. Seperti dilansir Guardian, Rabu (19/1/2011), kawat itu mengungkap strategi AS untuk memanfaatkan social media di Indonesia untuk kepentingan AS.

"Kedubes AS di Indonesia adalah yang terdepan dalam Public Diplomacy 2.0. Dengan lebih dari 50.000 fans (di akun Facebook Kedubes AS), paling banyak dari Kedubes AS lain di seluruh dunia, dengan menggunakan social media di Indonesia," demikian pernyataan Kedubes AS.

"Melibatkan para blogger lokal untuk mempromosikan pesan-pesan dan informasi AS. Kami memposisikan diri dengan unik untuk menggunakan alat-alat ini untuk memperkuat tema-tema dan topik-topik kunci  untuk mendukung mendorong rencana kunjungan Presiden Obama," rilis mereka.

Wahai Blogger, waspadalah!


Sumber : voa-islam.com

Menjaga Iman dengan Ilmu


Pagi itu, Rasulullah bergegas menuju keramaian. Setelah sampai, menceritakan kejadian luar biasa yang dialaminya tadi malam. Beliau bercerita, Tadi malam, Jibril datang padaku. Ia mengajakku pergi ke suatu tempat. Didatangkan untukku seekor binatang yang berbentuk lebih besar dari keledai, langkahnya sejauh pandangan matanya. Aku menungganginya dengan disertai Jibril.

Sejenak setelah kami dibawa terbang oleh Buraq, aku disuruh Jibril turun untuk melakukan shalat, lalu berkatalah beliau kepadaku, Tahukah engkau bahwa engkau shalat di Thaibah (Madinah) dan disitulah engkau kelak berhijrah. Kemudian perjalanan dilanjutkan, di suatu tempat Jibril menyuruhku turun untuk shalat. 'Inilah Thuur Sina, tempat Musa bercakap-cakap langsung dengan Tuhannya,' kata Jibril kepadaku.

Untuk ketiga kalinya sebelum kami sampai ke tempat tujuan, Jibril menyuruhku turun lagi dan melakukan shalat. Setelah selesai shalat berkatalah beliau kepadaku, Tahukah di mana engkau shalat kali ini? Engkau shalat di Baitlehem, tempat Isa putra Maryam dilahirkan. Kemudian masuklah aku ke Baitul Maqdis di mana telah berkumpul nabi-nabi dan bersama kami melakukan shalat berjamaah. Oleh Jibril aku di kedepankan untuk menjadi Imam. Setelah itu kami menuju langit yang paling tinggi, ungkapnya.

Demi mendengar cerita itu, ramailah orang-orang yang dari tadi berkumpul. Kamu bohong Muhammad, bagaimana mungkin kamu pergi ke Baitul Maqdis, kemudian ke langit hanya dalam semalam, teriak seseorang musyrik. Lihatlah wahai para pengkhianat Latta dan 'Uzza, orang yang menurutmu Nabi, ternyata hanya seorang pembual, teriak yang lain.
Ya Rasulullah, benarkah apa yang engkau ceritakan itu? tanya salah seorang sahabat. Benar, jawab Rasul mantap. Tapi, apakah mungkin? ujar sahabat tadi dalam hatinya.

Seseorang pergi menemui Abu Bakar menanyakan pendapatnya tentang cerita Rasulullah. Dengan mantap Abu Bakar menjawab, Aku mempercayainya tentang hal-hal yang lebih aneh dari itu, aku mempercayainya tentang kabar-kabar langit yang dibawanya (Rasulullah) di waktu pagi maupun senja.

Kisah ini menunjukkan respons orang Mekah terhadap peristiwa Isra Mi'raj. Menurut nalar, tidak mungkin perjalanan dari Mekah ke Yerussalem yang begitu jauh, hanya dalam semalam. Apalagi setelah itu, pergi ke langit yang tertinggi, sangat sulit dipahami. Ada tiga respons kaum mukminin terhadap peristiwa ini, yaitu tetap beriman, ragu-ragu dan kembali kafir. Abu Bakar adalah salah seorang yang tetap beriman. Tanpa ragu sedikit pun ia membenarkan peristiwa tersebut. Kesaksian inilah yang membuat Abu Bakar dijuluki Ash Shiddiq (orang yang benar).

Iman itu diuji

Keimanan pasti diuji. Difirmankan, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS Al 'Ankabuut [29]: 2-3).

Ujian ini dimaksudkan untuk mengetahui siapa saja orang yang benar-benar beriman dan yang berbohong. Ujian juga berfungsi sebagai tes kenaikan iman. Apabila mampu melewati ujian itu, dapat dipastikan iman kita bertambah. Sebaliknya, apabila tidak mampu, maka keimanan berkurang bahkan hilang sama sekali. Seperti yang ditunjukkan sebagian sahabat setelah mendengar kisah Isra Mi'raj. Sebagian mereka ada yang ragu-ragu, bahkan kembali pada kekafiran.

Semua peristiwa dalam kehidupan adalah ujian keimanan. Rezeki yang mudah didapatkan, atau yang sulit didapat. Doa terkabul atau yang tidak dikabul. Harta yang banyak atau sedikit. Anak saleh atau salah. Longsor, gempa, banjir, dan lain-lain. Semuanya adalah ujian. Penyikapan terhadap ujian menentukan termanfaatkan atau tidak ujian untuk kenaikan iman. Sikap Abu Bakar patut diteladani. Ia mampu melewati ujian Isra Mi'raj dan memanfaatkannya untuk menambah keimanan. Apa yang membuatnya tetap beriman?

Ilmu menjaga keimanan

Dibanding sahabat lain, Abu Bakar lebih dekat dengan Rasulullah SAW. Abu Bakar telah mengenalnya sejak muda. Ia tahu sahabatnya tidak pernah berdusta. Ia selalu jujur dan amanah. Orang-orang Quraisy menjuluki sahabatnya, Al 'Amin (yang tepercaya). Sehingga, ketika Rasulullah menceritakan Isra Mi'raj, dengan mantap ia percaya. Bahkan, ia akan percaya, kalau Rasulullah menceritakan yang lebih aneh dari itu.

Kunci keterjagaan iman Abu Bakar terletak pada pengenalannya yang dalam terhadap Rasulullah. Sahabat lain yang ragu-ragu atau murtad tidak terlalu mengenal Rasul. Semakin dalam pengenalan, semakin kuat keimanannya. Sebaliknya, semakin lemah pengenalan, semakin lemah pula keimanannya. Dengan kata lain ilmu atau pengetahuan terhadap sesuatu akan menjaga atau menambah kepercayaan terhadap sesuatu itu.

Karena itu, ilmu memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam. Banyak ayat Alquran yang mendorong orang beriman untuk berilmu. Bahkan, dalam salah satu ayat, Allah menjelaskan bahwa ilmu mendahului iman. Artinya, seseorang akan beriman, manakala ia berilmu terlebih dahulu. Firman-Nya, Dan, agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa Alquran itulah yang benar dari Tuhanmu, lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk (QS Al Hajj [22]: 54).

Ayat ini menunjukkan urutan, dimulai dengan berilmu, lalu beriman dan kemudian hatinya tunduk. Ilmu akan menghasilkan keimanan dan keimanan akan menghasilkan ketundukkan dan kekhusyukkan, yang satu mempengaruhi yang lain. Demikian penjelasan Yusuf Al Qaradhawi.

Ilmu apa saja yang dapat menghasilkan, menjaga dan menambah keimanan? Sa'id Hawwa menjelaskan ada tiga ilmu yang harus dimiliki orang beriman, yaitu ilmu mengenal Allah, ilmu mengenal Rasulullah SAW dan ilmu mengenal Islam. Tiga ilmu ini yang disebut ilmu asasi (ilmu pokok). Diharapkan orang yang memiliki ketiga ilmu tadi dapat memelihara dan meningkatkan keimanannya.  

Wallaahu a'lam.

Gaji Presiden ‘Mandek’, Harta Kekayaannya Bertambah


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ‘curhat’ soal kondisi gajinya yang tak naik selama tujuh tahun memimpin Indonesia. Gaji Presiden saat ini mencapai lebih dari Rp 62 juta per bulan dan segala fasilitasnya dipenuhi oleh negar.

Meski nominal gajinya mandek, namun jumlah harta Presiden bertambah. Hal ini bisa dilihat dari laporan harta kekayaan Presiden yang dilaporkan tiap tahun ke Komisi Pemberantasan Korupsi.

Saat melaporkan hartanya ke KPK 5 Maret 2010, total harta kekayaan Presiden posisi per tanggal 23 November 2009 mencapai Rp 7,6 miliar dan 269.730 dolar AS. Jumlah ini naik tipis dari posisi per 14 Mei 2009  yang sebesar Rp 6,8 miliar dan 246.389 dolar AS.


“Ini tradisi politik yang baik dan diharapkan rakyat kita. Pimpinan KPK dan saya bersepakat dan ini arahan saya pada para pejabat pemerintah, termasuk gubernur, bupati, dan walikota juga bisa mengumumkan harta kekayaan kepada rakyat,” ujar Presiden saat itu.

Berikut Ringkasan LHKPN Presiden:

23 November 2009: Rp 7.616.270.204 dan 269.730 dolar AS.
14 Mei 2009: Rp 6.848.049.611 dan 246.389 dolar AS.
Rincian harta kekayaan posisi 23 November 2009 terdiri atas:
A. Harta tidak bergerak berupa tanah dan bangunan: Rp 2.408.620.000
B. Harta bergerak (alat transportasi): Rp 502.500.000
C. Peternakan, pertanian, perikanan, dan usaha lainnya: nihil
D. Harta bergerak lainnya (logam mulia, batu mulia, barang seni, dan benda bergerak): Rp 851.015.000
E. Surat berharga: nihil.
F. Giro dan setara kas Rp 3.854.135.204
Ket: Piutang nihil, hutang nihil.


Sumber: republika.co.id (21/1/2011)

7 Bukti Kegagalan Ekonomi Kapitalisme Rezim SBY

Pemerintah SBY telah dituding berbohong oleh sejumlah tokoh agama. Mereka menilai sejumlah pernyataan Pemerintah SBY bertolak belakang dengan realitas yang dirasakan masyarakat. Pemerintah pun berang dengan tuduhan tersebut. Berbagai bantahan dilakukan termasuk mengundang sejumlah tokoh agama untuk meluruskan tuduhan tersebut.

Apakah pemerintah berbohong atau tidak bukan persoalan mendasar yang seharusnya dikritik oleh para tokoh agama dan para aktivis. Fakta bahwa di bawah sistem kapitalisme rezim SBY dan rezim-rezim sebelumnya tidak mampu membawa rakyat Indonesia menjadi sejahtera semestinya menjadi sorotan utama mereka.

Teramat banyak kegagalan sistem kapitalisme baik dalam bidang pemerintahan, politik luar negeri, hukum, ekonomi, dan pendidikan. Setidaknya ada tujuh hal yang menunjukkan kegagalan tersebut terutama dalam bidang ekonomi.

Pertama, Pemerintah mengklaim bahwa PDB terus tumbuh positif dan diperkirakan hingga 6 persen di tahun 2010. Padahal, inidikator makro tersebut pada faktanya merupakan pertumbuhan nilai tambah sejumlah sektor ekonomi yang bersifat agregat. PDB tidak pernah memperhitungkan siapa yang memproduksi barang tersebut apakah asing atau penduduk domestik, atau apakah pertumbuhan tersebut digerakkan oleh segelintir orang saja atau oleh mayoritas masyarakat. Besarnya jumlah PDB sama sekali tidak dapat menggambarkan kesejahteraan rakyat secara akurat. Buktinya meski PDB terbesar Indonesia terbesar ke-18 di dunia sebagiaman yang terus dibangga-banggakan oleh pemerintah, namun indikator kesejahteraan Human Development Index (HDI) UNDP masih menempatkan Indonesia pada urutan ke 108 dari 169 negara.

Kedua, Pemerintah mengklaim penduduk miskin di Indonesia terus berkurang dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 jumlahnya mencapai 13,3% atau 31 juta orang berada di bawah garis kemiskinan. Penduduk miskin menurut Pemerintah adalah penduduk yang pengeluaran perbulannya di bawah garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS. Pada 2010 nilanya Rp 211,726 perkapita perbulan. Dengan kata lain, jika seseorang berpendapatan Rp 220,000 maka ia tidak lagi dikategorikan sebagai orang miskin. Padahal dalam kehidupan materialisme seperti saat ini dimana hampir seluruhnya diukur dengan materi, pendapatan tersebut tentu sangat kecil. Wajar jika dalam realitas banyak orang yang mengalami kesulitan di bidang ekonomi namun tidak masuk dalam kategori miskin. Jika standarnya kemiskinan dinaikkan menjadi US$ 2/hari atau dibawah Rp 540,000 maka dengan menggunakan data Susenas 2010, sebanyak 63% penduduk Indonesia miskin. Pembanding lain, berdasarkan Survey Rumah Tangga Sasaran Penerima Bantuan Langung Tunai (BLT) oleh BPS tahun 2008 diperkirakan 70 juta orang yang masuk kategori miskin dan hampir miskin (near poor). Angkanya lebih tinggi lagi jika dilihat dari penduduk yang membeli beras miskin pada 2009 yang mencapai 52 persen atau 123 juta orang.

Ketiga, Pemerintah juga mengklaim bahwa pelayanan di bidang kesehatan juga telah mampu memberikan jaminan kesehatan pada masyarakat miskin. Padahal berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasoinal 2009, hanya 44 persen penduduk di Indonesia yang melakukan obat jalan baik ke RS Pemerintah, RS swasta maupun ke Puskesmas atau klinik. Sebagian besar dari mereka justru melakukan pengobatan sendiri. Meski tidak ada rincian mengenai alasan mereka, namun sebagian dari mereka tentu merupakan orang-orang yang tidak mampu menjangkau layanan kesehatan yang bersifat komersil. Kalaupun orang-orang miskin mendapatkan pelayanan kesehatan gratis melalui Jamkesmas atau Kartu Miskin jumlahnya masih sangat kecil yakni sebesar 16,7 persen. Selain itu banyak dari penerima pelayanan kesehatan gratis tersebut tetap terbebani karena masih harus membayar berbagai biaya dari pelayanan kesehatan yang mereka dapatkan dan harus melakukan proes administrasi yang rumit dan berbelit-belit. Akibatnya, banyak penduduk yang menderita berbagai penyakit namun karena tidak mampu berobat dan tidak mampi mengurus pelayanan kesehatan gratis terpaksa terus menanggung penyakit mereka hingga tidak sedikit dari mereka yang meninggal dunia.

Keempat, Pemerintah juga kerap berbangga bahwa 20% dari APBN disalurkan untuk sektor pendidikan. Padahal dalam kenyataannya masih sangat melimpah anak usia sekolah yang tidak mampu mengecap bangku pendidikan yang masih teramat mahal bagi mereka. Betul bahwa sebagian besar penduduk usia SD telah mengecap pendidikan, namun di tingkat SMP dan SMU jumlahnya masih sangat rendah yang masing-masing sebesar 67 persen dan 45 persen (Susenas, 2009). Penyebab rendahnya partisipasi tersebut tidak lain karena keterbatasan biaya yang mereka miliki serta sarana pendidikan yang disediakan pemerintah yang belum memadai. Belum lagi isi kurikulum yang terbukti menyebabkan anak didik menjadi sangat sekuler sehingga jauh dari nilai-nilai Islam. Tidak heran jika berbagai tindak kejahatan seperti korupsi yang berkembang luas di tengah-tengah masyarakat justru banyak dilakukan oleh orang-orang terdidik.

Kelima, Pemerintah juga sering membanggakan penurunan jumlah angka pengangguran. Dari data statistik Tenaga Kerja BPS memang menunjukkan penurunan jumlah pengangguran secara persisten hingga menjadi 7,14% atau 8,3 juta angkatan kerja. Padahal jika dicermati definisi tenaga kerja yang digunakan oleh BPS jumlah tenaga kerja tersebut hanya memotret mereka yang berkerja minimal satu jam perhari dalam seminggu terakhir. Termasuk pula mereka yang membantu bekerja namun tidak dibayar. Dengan demikian, para pengatur lalu lintas ’swasta’, atau kuli yang bekerja minimal sejam perhari dalam satu minggu terakhir disebut sebagai tenaga kerja. Dengan kriteria demikian, maka sangat wajar jika angka penggangguran diklaim terus menurun namun tingkat kesejahteraan rakyat tidak membaik. Apalagi seiring dengan kegagalan pemerintah mengendalikan inflasi khususnya administered inflation (barang yang harganya diatur oleh pemerintah) seperti BBM dan TDL dan volatile inflation (inflasi barang yang bergejolak) seperti pangan, membuat pendapatan riil mereka yang bekerja terus menurun. Harga-harga membumbung tinggi sementara pendapatan nomil tidak berubah.

Keenam, Pemerintah juga mengklaim bahwa utang negara terus berkurang. Rasio utang terhadap PDB menurun hingga 26%. Terlepas dari perdebatan mengenai kepantasan menggunakan PDB sebagai alat ukuran besaran utang, namun yang pasti nominal utang Indonesia dari tahun ke tahun terus membengkak. Per Desember 2010 misalnya berdasarkan Data Departemen Keuangan, total utang pemerintah Indoneisa mencapai Rp 1675 triliun. Akibatnya APBN yang semestinya dialokasikan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat justru 20 persennya (Rp249 dari Rp1,230 triliun) terkuras untuk membayar pokok utang dan bunganya. Angka ini melampaui anggaran untuk pendidikan, kesehatan, dan berbagai bentuk subsidi seperti pangan, pupuk, listrik dan BBM.

Ketujuh, Neraca Perdagangan Indonesia juga diklaim terus mengalami peningkatan oleh Pemerintah. Bahkan, nilai ekspor Oktober 2010 disebut-sebut paling tinggi dalam sejarah Indonesia yang menembus US$14 miliar. Memang ekspor Indonesia masih lebih besar daripada impornya. Namun demikian komoditas utama yang diekspor oleh Indonesia merupakan hasil sumber daya alam yang berbentuk bahan mentah atau setengah jadi. Mirip-mirip pada era kolonial, di mana Indonesia menjadi pengekspor utama rempah-rempah ke Eropa. Bedanya komoditas ekpsor kini lebih banyak bahan baku energi seperti migas, batu bara, bij besi, nikel dan minyak sawit. Ini menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu menjadi negara industri yang dapat mengoptimalkan bahan baku tersebut untuk kegiatan industri yang menghasilkan nilai tambah yang lebih besar. Selain itu, komoditas sumber daya alam tersebut sebagian besar merupakan kekayaan milik umum yang dalam pandangan Islam seharusnya dikuasai oleh negara. Namun karena negara ini menganut sistem kapitalisme, kekayaan yang diperoleh dari penjualan tersebut justru lebih banyak dinikmati oleh para pengusaha swasta termasuk perusahaan asing-asing.

Minggu, 23 Januari 2011

Rekor Masuk Neraka (Repositori Emha Ainun Nadjib)



Andaikan makhluk yang bernama fatwa sudah sejak dulu menemani bangsa Indonesia, tentu masyarakat kita menjadi terbiasa bergaul dengannya sehingga tidak mudah uring-uringan seperti yang hari-hari ini terjadi.

Misalnya pada awal 1900-an kaum ulama melontarkan fatwa bahwa Kebangkitan Nasional bangsa Indonesia itu wajib hukumnya (sehingga tidak bangkit itu haram hukumnya). Demikian juga mempersatukan seluruh pemuda Indonesia itu fardhu kifayah( semua orang tidak bersalah asal ada sebagian yang menjalankannya).

Sumpah Pemuda itu fardhu ‘ain, kewajiban bagi setiap orang, kalau tidak bersumpah bergabung dalam persatuan Indonesia haram hukumnya. Berikutnya begitu Hiroshima- Nagasaki dibom atom, ulama Indonesia sigap melontarkan fatwa bahwa memproklamasi kan kemerdekaan Republik Indonesia itu wajib sehingga masuk neraka bagi siapa saja yang menolak 17 Agustus 1945.

Lantas diikuti oleh ratusan atau bahkan ribuan fatwa berikutnya: demokrasi itu wajib (meskipun di dalamnya ada komunisme itu haram).Tidak menaati UUD 1945 itu haram. Konstituante dan Piagam Jakarta dicari formula fatwanya. Katakanlah sejak pra-Kebangkitan Nasional hingga era Reformasi sekarang ini Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah menelurkan lebih dari 5.000 fatwa.

Makhluk Suci dari Langit

Sementara kita simpan di laci dulu perdebatan tentang positioning antara negara dengan agama. Kita istirahat tak usah bergunjing ulama itu sejajar dengan umara (pemerintah) ataukah di atasnya ataukah di bawahnya. Juga kita tunda menganalisis lebih tinggi mana tingkat kekuatan fatwa kaum ulama dibandingkan undang-undang dan hukum negara.

Entah apa pun namanya makhluk Indonesia ini: negara sekuler, demokrasi religius, kapitalisme sosialis atau sosialisme kapitalis,atau apa pun. Kita mengandaikan saja bahwa produk kaum ulama,khususnya MUI, berposisi sebagai inspirator bagi laju pasang surutnya pelaksanaan kehidupan bernegara dan berbangsa.

Sebutlah ulama adalah partner pemerintah. Kaum ulama adalah makhluk suci berasal dari langit, memanggul amanat Allah sebagai khalifatullah fil ardli Indonesia. Kita semua pun bersyukur karena dalam menjalankan demokrasi kita ditemani oleh utusan-utusan Tuhan.Dulu para rasul dengan mandat risalah, para nabi dengan mandat nubuwah, dan para ulama dengan mandat khilafah.

Tidak semua soal kehidupan mampu diilmui oleh akal manusia, maka kita senang Tuhan kasih informasi dan tuntunan, terutama menyangkut hal-hal yang otak dan mental manusia tak sanggup menjangkau dan mengatasinya. Kaum ulama dalam majelisnya terdiri atas segala macam ahli dan pakar.

Ada ulama pertanian, ulama ekologi, ulama perekonomian, ulama kehutanan, ulama kesehatan dan kedokteran, ulama, ulama kesenian dan kebudayaan, ulama fiqih, ulama tasawuf dan spiritualisme, ulama olahraga, dan segala bidang apa pun saja yang umat manusia menggelutinya karena memang seluruhnya itulah lingkup tugas khilafah atau kekhalifahan.

Tradisi Fatwa dalam Negara

Akan tetapi tradisi itu tak pernah ada.Fatwa terkadang nongol dan sangat sesekali. Mendadak ada fatwa tentang golput tanpa pernah ada fatwa tentang pemilu, pilkada, pilpres dengan segala sisi dan persoalannya yang sangat canggih. Tiba-tiba ada fatwa tentang rokok tanpa ada fatwa tentang pupuk kimia, tentang berbagai jenis narkoba, suplemen makanan dan minuman,penggusuran,pembangunan mal, industri, kapitalisasi lembaga pendidikan,serta seribu soal lagi dalam kehidupan berbangsa kita.

MUI mengambil bagian yang ditentukan tanpa pemetaan konteks masalah bangsa, tanpa skala prioritas, tanpa pemahaman konstelasi serta tanpa interkoneksi komprehensif antara berbagai soal dan konteks. Itu pun fatwa membatasi diri pada ”benda”. Makan ayam goreng halal atau haram? ”Dak tamtoh,” kata orang Madura.Tak tentu.Tergantung banyak hal.Kalau ayam curian,ya haram.

Kalau seseorang mentraktir makan ayam goreng sementara teman yang ditraktirnya hanya dikasih makan tempe, lain lagi hukumnya. Makan ayam goreng secara demonstratif di depan orang berpuasa malah bisa haram, bisa makruh, bisa sunah. Haram karena menghina orang beribadah. Makruh karena bikin ngiri orang berpuasa.

Sunah karena dia berjasa menguji kesabaran orang berpuasa. Beli sebotol air untuk kita minum, halal haramnya tak terletak hanya pada airnya. Kalau mau serius berfatwa perlu dilacak air itu produksi perusahaan apa, modalnya dari uang kolusi atau tidak, proses kapitalisasi air itu mengandung kezaliman sosial atau tidak?

Kalau kencing dan buang air besar mutlak wajib hukumnya. Sebab kalau orang menolak kencing dan beol, berarti menentang tradisi metabolisme tubuh ciptaan Allah SWT. Berzikir tidak wajib, bahkan bisa makruh atau haram. Misalnya suami rajin salat dan berzikir siang malam, istrinya yang setengah mati cari nafkah. Atau kita wiridan keraskeras di kamar ketika teman sekamar kita sedang sakit gigi.

Hak Tuhan

Butuh ruangan lebih lebar untuk menguraikan berbagai perspektif masalah yang menyangkut fatwa. Negara dan masyarakat tak perlu mencemaskan fatwa karena ada jarak serius antara fatwa dengan agama, apalagi antara fatwa dengan negara dan hukumnya.Terlebih lagi jarak antara fatwa dengan Tuhan.

Yang berhak me-wajib-kan, menyunah- kan, me-mubah-kan, memakruh- kan dan meng-haram-kan sesuatu hanya Tuhan.Ulama dan kita semua hanya menafsiri sesuatu. Kalau MUI bilang ”rokok itu haram”, itu posisinya beliau-beliau berpendapat bahwa karena sesuatu dan lain hal, maka diperhitungkan bahwa Tuhan tidak memperkenankan hal itu diperbuat.

Setiap orang, sepanjang memenuhi persyaratan metodologis dan syar’i, berhak menelurkan pendapat masing-masing tentang kehalalan dan keharaman rokok dan apa pun. Muhammadiyah dan NU pun tidak merekomendasikan pengharaman rokok. Artinya, para ulama dari dua organisasi Islam terbesar itu memiliki pendapat yang berbeda.

Sebelum saya mengambil keputusan untuk mewakili pendapat Tuhan untuk mewajibkan menghalalkan atau mengharamkan sesuatu hal, sangat banyak persyaratan yang harus saya penuhi. Terutama persyaratan riset, sesaksama mungkin dan ini sungguh persoalan sangat besar, ruwet, luas, detail.

Kemudian andaipun persyaratan itu mampu saya penuhi, saya tidak punya hak untuk mengharuskan siapa pun saja sependapat dengan saya atau apalagi melakukan dan tidak melakukan sesuatu sejalan dengan pandangan saya.Nabi saja tidak berhak mewajibkan siapa pun melakukan salat.

Hak itu ada hanya pada Tuhan, Nabi sekadar menyampaikan dan memelihara kemaslahatannya. Para ulama dan kita semua bisa kelak teruji, ternyata sependapat dengan Tuhan,bisa juga akan terlindas oleh peringatan keras Allah: ”Lima tuharrimu ma ahallallohu lak”,kenapa kau haramkan sesuatu yang dihalalkan oleh Tuhan untukmu?

Tapi jangan lupa bisa juga terjadi sebaliknya: kenapa aku halalkan yang Allah haramkan? Mungkin benar rokok itu haram dan saya akan masuk neraka karena itu, bersama ulama agung Indonesia Buya Hamka,perokok yang jauh lebih berat dibandingkan saya yang sama sekali tidak nyandu rokok. Juga ada teman saya di neraka almarhum Kiai Mbah Siroj Klaten yang hingga usianya 94 tahun merokok empat bungkus sehari. Dengan demikian bangsa Indonesia akan tercatat sebagai pemegang rekor tertinggi masuk neraka karena rokok.(*)

(Emha Ainun Nadjib /Koran SINDO/Jumat, 30 Januari 2009/PadhangmBulaNetDok)